Reza Pahlavi, Putra Mahkota Iran yang Mendukung Israel dan Menantang Rezim Khamenei


majalahsuaraforum.com, 28 Juni 2025 — Reza Pahlavi, putra dari Shah terakhir Iran, kembali mencuri perhatian dunia setelah secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap serangan militer Israel ke wilayah Iran. Pernyataannya tersebut menuai kecaman keras dari otoritas di Teheran dan menjadikannya salah satu figur paling dibenci oleh rezim yang saat ini dipimpin oleh Ayatollah Ali Khamenei.

Reza Pahlavi, yang hidup di pengasingan sejak kejatuhan dinasti Pahlavi pada Revolusi Iran 1979, kini tampil sebagai sosok oposisi yang aktif mengkampanyekan perubahan total sistem pemerintahan Iran. Ia menyebut bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan rakyat Iran adalah dengan menggulingkan rezim teokratis yang kini berkuasa.

Dalam pernyataannya, Pahlavi menilai bahwa aksi militer Israel justru merupakan peluang untuk mempercepat runtuhnya sistem yang mengekang kebebasan sipil dan hak asasi manusia di Iran. Ia juga menyerukan dukungan internasional terhadap gerakan rakyat Iran untuk merebut kembali hak-haknya dan mendirikan pemerintahan yang lebih terbuka dan demokratis.

“Rezim ini telah terlalu lama membungkam rakyat dan mengorbankan masa depan bangsa demi kekuasaan segelintir elite,” ujar Reza dalam wawancara yang dikutip oleh sejumlah media internasional. “Apa yang terjadi saat ini bukan sekadar konflik, melainkan momen kebangkitan.”

Rezim Khamenei tentu tidak tinggal diam. Media pemerintah Iran menuding Pahlavi sebagai pengkhianat yang bekerja sama dengan musuh negara. Namun, bagi sebagian warga diaspora Iran dan kelompok pro-demokrasi dalam negeri, Reza justru dianggap simbol harapan akan perubahan yang selama ini mereka perjuangkan.

Meskipun langkah dan pandangannya menimbulkan pro-kontra, tidak bisa dipungkiri bahwa Reza Pahlavi kini kembali menjadi tokoh penting dalam percaturan politik Iran, bahkan dari luar negeri. Suaranya menggema di antara para pembangkang, dan tekanannya terhadap pemerintahan Khamenei dinilai oleh banyak analis sebagai salah satu ancaman paling serius terhadap kelangsungan rezim tersebut.

 

Pen. Red. 

Berita Terkait

Top