Netanyahu: Israel Sedang Mengubah Dunia dalam Perang Lawan Iran


majalahsuaraforum.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya tengah “mengubah wajah dunia” melalui perang yang dilancarkan melawan Iran. Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara dengan televisi Kan dan dilaporkan oleh AFP melalui DetikNews hari ini (20 Juni 2025) ([thetimes.co.uk][1], [news.detik.com][2]).

 

Netanyahu menegaskan bahwa militer Israel bergerak lebih cepat dari jadwal dalam menarget fasilitas nuklir dan sistem rudal Iran. “Saya mengatakan bahwa kami mengubah wajah Timur Tengah, dan sekarang saya katakan kami mengubah wajah dunia,” ujarnya ([news.detik.com][2]). Ia juga menegaskan bahwa Israel “mampu menyerang semua fasilitas nuklir Iran” dan telah menghancurkan “lebih dari separuh” peluncur rudal Iran ([news.detik.com][2]).

 

Netanyahu menolak memberi batas waktu operasi militer tersebut: “Ketika Anda memasuki perang, Anda mengetahui kapan itu dimulai, tetapi tidak mengetahui kapan itu akan berakhir,” katanya ([news.detik.com][2]).

 

Lebih jauh, ia mencerminkan ambisi Israel untuk terus meredam ancaman nuklir Iran. Serangan ini bagian dari “Operation Rising Lion” yang telah menarget fasilitas nuklir Natanz, Isfahan, dan lokasi peluncuran rudal, serta sejumlah tokoh militer Iran ([ft.com][3]). Netanyahu bahkan menyatakan Israel bisa menyerang target-target tersebut tanpa bantuan Amerika Serikat ([nypost.com][4]).

 

Selain itu, ia mengaku siap menerima “semua bantuan” dari sekutu seperti AS, walaupun menegaskan bahwa Israel tidak mengandalkan izin eksternal untuk melancarkan operasi militer ini ([news.detik.com][2]).

 

Netanyahu juga menyatakan bahwa konflik ini bisa memicu perubahan rezim di Iran apabila rakyat Iran bangkit menentangnya, meskipun ia menekankan hal itu perlu dipimpin oleh orang Iran sendiri ([theguardian.com][5]).

 

Rangkaian serangan balasan Iran, termasuk serangan rudal ke wilayah Israel seperti soroka hospital di Beersheba, telah memperburuk situasi, menimbulkan korban sipil, dan menambah kekhawatiran global terhadap kemungkinan eskalasi regional ([theguardian.com][5]).

 

Situasi kini menarik perhatian dunia dan menimbulkan tanda tanya besar apakah dukungan militer dari Amerika Serikat akan ditetapkan dalam dua pekan ke depan, seperti yang diklaim oleh ex‑President Trump .

 

Pen. Red. 

Berita Terkait

Top