Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026 Dinilai Belum Cukup Ambisius, INDEF: Target Harus Lebih Optimistis dan Realistis

majalahsuaraforum.com — Pemerintah telah menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran 5,2% hingga 5,8% dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) tahun 2026. Namun, target ini dinilai belum cukup ambisius untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi menuju visi 8% pada tahun 2029.
Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, menilai bahwa target tersebut masih terlalu konservatif, meski cukup menantang dalam jangka pendek.
“Pemerintah perlu lebih berani menetapkan target yang optimistis tetapi tetap realistis. Harapannya, APBN 2026 bisa mematok pertumbuhan hingga 5,8%, mengingat kita masih memiliki pekerjaan rumah besar dalam menciptakan lapangan kerja baru,” kata Eko dalam diskusi daring, Rabu (28/5).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87%, mengalami kontraksi sebesar 0,98% dibanding kuartal sebelumnya. Hal ini menunjukkan tantangan yang signifikan dalam mengejar target tahunan minimal 5,2%.
“Dengan pencapaian kuartal I yang hanya 4,87%, ini menunjukkan bahwa kita masih menjauh dari target 5%. Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang dijalankan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5%,” jelas Eko.
Lebih lanjut, Eko menyoroti masih minimnya strategi konkret dalam KEM PPKF 2026 yang menyasar tantangan aktual di sektor ekonomi domestik, terutama lesunya konsumsi rumah tangga, yang notabene merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.
“Seharusnya KEM PPKF mampu menguraikan langkah-langkah nyata untuk mendorong konsumsi masyarakat. Saat ini pertumbuhan sektor industri manufaktur hanya mencapai 4,5%, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan nasional. Artinya, dibutuhkan langkah lebih agresif untuk mendongkrak performa sektor ini,” tambahnya.
Eko juga menekankan pentingnya sinyal kebijakan yang jelas dan konsisten untuk membangun optimisme pasar dan pelaku usaha, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang diperkirakan masih membayangi tahun depan.(red)