Fenomena Stagnannya Harga Emas Di Kabupaten Bener Meriah,Volume Penjual Lebih Tinggi.


majalahsuaraforum.com – Di tengah dinamika ekonomi lokal pasca-Lebaran, harga emas di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, terpantau stagnan pada hari Senin, 5 Mei 2025. Tidak ada perubahan signifikan dalam harga jual maupun beli emas dibandingkan hari sebelumnya. Meskipun demikian, aktivitas jual-beli emas tetap menunjukkan tren yang menarik perhatian, terutama di kalangan pelaku pasar dan masyarakat umum.

Berdasarkan pantauan dari sejumlah toko emas di pusat kota Simpang Tiga Redelong, penjualan emas oleh warga masih terlihat lebih dominan dibandingkan pembelian. Para pedagang mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, jumlah masyarakat yang menjual perhiasan emas mereka meningkat cukup tajam. Fenomena ini bukan hal yang baru, namun kali ini lebih mencolok karena terjadi di periode setelah Hari Raya Idul Fitri dan mendekati dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah.

Banyak warga menjadikan emas sebagai sumber dana cadangan dalam menghadapi kebutuhan mendesak. Usai Lebaran, beban pengeluaran rumah tangga biasanya meningkat, baik untuk membayar utang, menyiapkan perlengkapan sekolah anak, maupun memenuhi kebutuhan sehari-hari yang sempat tertunda selama bulan puasa. Dalam situasi seperti ini, emas kembali menjadi pilihan likuiditas yang paling bisa diandalkan oleh masyarakat, khususnya di daerah pedesaan.

Salah satu pedagang emas, yang sudah puluhan tahun beroperasi di kawasan tersebut, mengungkapkan bahwa tren seperti ini kerap terjadi setiap tahun. Namun, tahun ini masyarakat tampaknya lebih berhati-hati dalam membeli emas, meskipun harganya tidak mengalami kenaikan. Sebagian besar hanya menjual, sementara pembeli jauh lebih sedikit dibandingkan biasanya. “Biasanya setelah Lebaran, memang banyak yang jual emas. Tapi sekarang pembeli sangat jarang. Banyak yang fokus untuk kebutuhan sekolah anak,” ujarnya.

Fenomena stagnannya harga emas di Bener Meriah dan tingginya volume penjualan oleh masyarakat mencerminkan dinamika ekonomi mikro yang khas di daerah tersebut. Emas tidak hanya menjadi simbol kekayaan atau harta simpanan, tetapi juga menjadi penopang penting dalam menghadapi fluktuasi kebutuhan hidup. Dalam jangka panjang, kecenderungan ini menunjukkan pentingnya akses ke produk keuangan dan perlindungan ekonomi yang lebih inklusif bagi masyarakat di wilayah pedalaman.(De**)

Berita Terkait

Top