Bahlil Soroti Blok Migas Terlantar, Minta Restu Presiden untuk Evaluasi Izin Mangkrak


majalahsuaraforum.com – 18 Mei 2025
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan perlunya langkah tegas terhadap sejumlah wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) yang berizin namun tak kunjung dioperasikan. Menurutnya, keberadaan blok-blok migas yang telantar ini menjadi penghambat optimalisasi sumber daya energi nasional.

Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil saat peresmian produksi perdana Lapangan Forel dan Terubuk di FPSO Marlin Natuna, Kepulauan Riau, Jumat lalu. Ia menyebut telah melaporkan langsung persoalan ini kepada Presiden Prabowo Subianto.

“Di sekitar blok-blok ini masih banyak wilayah kerja yang sebenarnya potensial, tapi izin sudah lama dipegang dan tidak dijalankan. Potensinya bisa menambah sekitar 5.000 hingga 7.000 barel per hari,” ujar Bahlil dalam keterangannya, Minggu (18/5/2025).

Untuk itu, Bahlil meminta arahan dan restu dari Presiden agar dapat mengevaluasi izin-izin yang mangkrak dan mengalihkan pengelolaannya kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain yang lebih siap. Tujuannya adalah meningkatkan produksi atau lifting migas nasional demi mewujudkan kedaulatan energi.

“Kami mohon izin untuk mengevaluasi dan mengembalikan blok-blok tersebut kepada KKKS yang mampu. Ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden dalam mencapai swasembada energi,” tambahnya.

Sebagai dasar hukum, Kementerian ESDM telah menerbitkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 110.K/MG.01/MEM.M/2024 tentang Pedoman Pengembalian Bagian Wilayah Kerja Potensial yang Tidak Diusahakan. Regulasi ini memuat kriteria teknis mengenai blok migas yang dianggap tidak aktif, seperti lapangan yang tidak berproduksi selama dua tahun berturut-turut, atau rencana pengembangan (POD) yang tidak dijalankan dalam waktu serupa.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Prabowo Subianto turut hadir secara hybrid meresmikan Lapangan Forel dan Terubuk. Lapangan Forel telah beroperasi sejak 12 Mei 2025 dengan produksi awal 10.000 BOPD dan potensi maksimal 13.500 BOPD. Sementara Lapangan Terubuk, yang mulai onstream sejak 24 April 2025, memproduksi 4.000 BOPD dan ditargetkan mencapai 6.500 BOPD serta 60 MMSCFD gas pada Oktober mendatang.

Kedua lapangan ini memberikan tambahan kapasitas produksi sekitar 30.000 BOEPD dengan nilai investasi mencapai USD 600 juta. Selain meningkatkan produksi, proyek ini turut menyerap tenaga kerja hingga 2.300 orang pada masa konstruksi.

Dengan langkah evaluasi dan penataan ulang blok migas yang ditelantarkan, Bahlil optimistis Indonesia dapat mempercepat peningkatan produksi dan memperkuat ketahanan energi nasional.(oct**)

Berita Terkait

Top