Tragedi Festival Buddha di Myanmar: Serangan Udara Tatmadaw Tewaskan 40 Warga Sipil


majalahsuaraforum.com – Sebuah tragedi kemanusiaan kembali mengguncang Myanmar setelah militer negara itu, Tatmadaw, melancarkan serangan udara ke acara keagamaan umat Buddha di kota Chaung-U. Insiden mematikan tersebut terjadi pada Senin (6/10/2025) dan menewaskan sedikitnya 40 orang, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Menurut laporan dari The Guardian pada Kamis (9/10/2025), pasukan Tatmadaw disebut menggunakan paralayang bermotor untuk melancarkan serangan udara tersebut. Saat kejadian, masyarakat tengah berkumpul mengikuti festival bulan purnama Thadingyut, perayaan keagamaan penting bagi umat Buddha yang diisi dengan kegiatan menyalakan lilin dan doa bersama. Namun, suasana khidmat itu berubah menjadi kepanikan ketika sebuah paralayang menjatuhkan serangkaian bahan peledak di tengah kerumunan.

Saksi mata yang berada di lokasi menggambarkan momen mengerikan itu kepada media lokal.

“Ledakan terjadi tiba-tiba dan menimbulkan kepanikan luar biasa. Potongan tubuh korban berserakan di mana-mana, bahkan anak-anak ikut menjadi korban,” ujarnya.

Serangan tersebut memicu kemarahan masyarakat internasional dan memperlihatkan kembali kebrutalan konflik internal yang melanda Myanmar sejak kudeta militer tahun 2021. Sejak saat itu, Tatmadaw terus meningkatkan operasi militernya terhadap kelompok perlawanan yang menentang kekuasaan mereka, dengan menjadikan serangan udara sebagai salah satu strategi utama.

Penggunaan paralayang bermotor disebut menjadi cara baru yang ditempuh militer karena biayanya lebih murah dibandingkan jet tempur, tetapi tetap efektif untuk melancarkan serangan di area tertentu. Selain itu, baik pihak Tatmadaw maupun kelompok pemberontak kini sama-sama memanfaatkan pesawat nirawak (drone) untuk mendukung operasi militer di medan tempur.

Serangan di Chaung-U ini menambah daftar panjang tindakan kekerasan yang menargetkan warga sipil di Myanmar. Dalam situasi perang saudara yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, masyarakat sipil kembali menjadi korban utama dari pertikaian politik dan militer yang berkepanjangan.

Komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan menyerukan agar kekerasan terhadap warga sipil segera dihentikan. Mereka juga mendesak agar semua pihak menempuh jalur dialog demi mengakhiri penderitaan rakyat Myanmar yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Red.

Berita Terkait

Top